Selama lebih dari setahun, hampir tidak ada satu hari pun kita tidak mendengar berita ekonomi yang mengerikan tentang Amerika Serikat, Eropa, atau Jepang. Pengangguran meningkat, laba perusahaan turun, pasar keuangan jatuh, dan sektor perumahan ambruk. Apakah ada satu kata untuk menggambarkan fenomena ini? Ya, “resesi.”
Apa Itu Resesi?
Resesi adalah istilah yang digunakan untuk menandakan bahwa aktivitas ekonomi telah melambat secara umum. Dalam makroekonomi, resesi secara resmi diakui setelah dua kuartal berturut-turut tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) negatif.
Fenomena ini merupakan bagian dari siklus ekspansi dan kontraksi bisnis atau ekonomi alami. Perekonomian mulai berkembang pada palungnya (titik terlemah) dan mulai surut setelah mencapai puncaknya (titik tertinggi).
Penyebab Terjadinya Resesi
Resesi mendalam yang berlangsung lama akhirnya berubah menjadi depresi. Pada awal 1900-an, Depresi Hebat berlangsung beberapa tahun dan menyaksikan penurunan PDB lebih dari 10%, dengan tingkat pengangguran memuncak pada 25%.
1. Perubahan Mendadak Kondisi Ekonomi
akta ini dijelaskan oleh Teori Siklus Bisnis Riil , yang mengatakan resesi adalah bagaimana pelaku pasar yang rasional merespons guncangan yang tidak terduga atau negatif. Misalnya, kenaikan harga minyak secara tiba-tiba karena meningkatnya ketegangan geopolitik dapat membahayakan ekonomi pengimpor minyak mentah.
2. Faktor Finansial
Menurut ilmu ekonomi yang disebut monetarisme, resesi adalah akibat langsung dari ekspansi kredit yang berlebihan selama periode ekspansi. Ini diperparah oleh pasokan uang yang tidak mencukupi dan ketersediaan kredit selama tahap awal perlambatan.
3. Faktor Psikologis
Penyebab lain terjadinya resesi adalah faktor psikologis termasuk euforia berlebihan dan overexposure modal berisiko selama periode ekspansi ekonomi. Krisis Keuangan Global 2008, setidaknya sebagian, merupakan akibat dari spekulasi yang tidak bertanggung jawab yang menyebabkan terbentuknya gelembung di pasar perumahan di AS.
Faktor psikologis juga dapat bermanifestasi sebagai investasi terbatas akibat pesimisme pasar yang meluas, yang tidak memiliki dasar dalam ekonomi riil.